Tuesday, 3 March 2020

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I : PEMBUATAN KALIUM IODAT

PEMBUATAN KALIUM IODAT

A.    TUJUAN
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang proses pembuatan kalium iodat.
B.     LANDASAN TEORI
Pengukuran kadar air garam fortifikasi perlu dilakukan karena faktor kelembaban sangat berpengaruh terhadap stabilitas garam, apalagi GFG ini dibuat tanpa menggunakan zat penstabil semacam NaHMP yang dapat mengkhelat besi. Sifat kalium iodat yang larut air akan mungkin menyebabkan turunnya kadar iodium bila kadar air meningkat. Di samping itu faktor kelembaban memacu terbentuknya warna kuning kecoklatan pada garam. Maka dengan hasil penelitian kadar air kurang dari 5 % akan menjaga tingkat kekeringan GFG, sehingga dengan demikian warna GFG tetap terjaga tidak mengalami perubahan warna sejak pencampuran sampai penyimpanan 6 bulan (Soeid, at all., 2006).
Standar yang digunakan sebagai sumber iodium adalah larutan kalium iodat, sehingga intensitas iodium yang dihasilkan dari alat dapat dikonversi sebagai kalium iodat. Untuk menghindari gangguan matriks yang disebabkan oleh perbedaan matriks sampel dan standar maka dalam pengukuran dilakukan metode standar adisi yaitu penambahan unsur Barium (Ba) pada matriks sampel. Dari hasil penambahan unsur Barium ini ternyata tidak ada gangguan intensitas dari perbedaan matriks, sehingga perbedaan matriks ini tidak mengganggu pengukuran. Hasil pengujian XRF terhadap larutan sampel yang telah diketahui konsentrasinya menunjukkan hasil yang cukup memadai (Saksono, 2002).
Pembuatan larutan Na-tiosulfat 0,02 N. Terlebih dahulu dibuat larutan Na-tiosulfat 1 N (248,2 g Natiosulfat/L). Larutan Na-tiosulfat 1 N dibiarkan 1 minggu atau lebih kemudian diencerkan menjadi 0.02 N. Pengenceran dilakukan dengan menggunakan air suling yang telah dididihkan terlebih dahulu dan ditambah 1 g Na2 CO3 untuk mengeluarkan CO2. Standarisasi larutan Na-tiosulfat 0.02 N dengan KIO3. Ditimbang sebanyak 500 mg kalium iodat (KIO3) kemudian dilarutkan dengan akuades menjadi 100 mL. Sebanyak 25 mL larutan tersebut diambil dan ditambahkan ke dalam erlenmeyer 500 mL yang telah berisi 10 mL KI 20% dan 25 mL HCl 4 N. Dilakukan titrasi dengan larutan Na-tiosulfat 0,02 N hingga warna larutan menjadi kuning. Ditambahkan larutan kanji (starch solution) 1%, dititrasi kembali sehingga timbul warna biru (Praptiwi, at all., 2006).
Penentuan kandungan iodat dalam berbagai sampel telah dilakukan dengan berbagai metode, dimana pada umumnya metode-metode ini belum dapat memisahkan dan menetapkan kandungan spesi-spesi iodium secara spesifik. Titrasi iodometri yang sering digunakan dalam analisis iodat, tidak hanya menentukan kandungan kalium iodat melainkan juga semua oksidator yang ada dalam larutan, sehingga menyebabkan adanya kenaikan kandungan iodat dalam sampel garam beriodium. Oleh karena itu, metode titrasi iodometri dianggap kurang tepat untuk menganalisis kandungan kalium iodat dalam garam beriodium. Masih ada perbedaan pendapa t (kontroversi) mengenai penurunan/hilangnya kadar iodat dalam garam beriodium selama pengolahan, penyimpanan dan pemasakan yang disebabkan perbedaan metode analisis yang digunakan. Untuk membuktikan keberadaan spesi iodium lain dalam garam beriodium dan makanan diperlukan suatu metode analisis yang lebih spesifik, cermat dan seksama (Anonim, 2006).

C.    ALAT DAN BAHAN
1.      Alat
-          Labu alas bulat 100 ml
-          Gelas kimia 600 ml
-          Pipet tetes
-          Hot plate
2.      Bahan
-          Kalium klorat
-          Iodium
-          Asam nitrat pekat
-          KOH 10 %
-          Natrium tiosulfat 0,1 N
-          Aquades
-          Larutan kanji



 UNTUK MENDOWNLOAD FULL LAPORAN INI (file doc.) KLIK DISINI 


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I : GARAM MOHR



GARAM MOHR


A.    Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah Untuk mengetahui teknik dan cara pembuatan garam rangkap atau garam mohr.

B.     Landasan Teori
Garam Mohr (NH4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air, dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetrik dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaiknya FeSO4.7H2O secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning coklat bila dibiarkan dalam udara. Penambahan HCO3- atau SH- kepada larutan akua Fe2+ berturut-turut mengendapkan FeCO3 dan FeS. Ion Fe2+ teroksidasi dalam larutan asam oleh udara menjadi Fe3+. Dengan ligan-ligan selain air yang ada, perubahan nyata dalam potensial bias terjadi, dan system FeII – FeIII merupakan contoh yang baik sekali mengenai efek ligan kepada kestabilan relatif dari tingkat oksidasi.
Ion ferro [Fe(H2O)6]2+ memberikan garam berkristal. Garam mohr (NH4)2SO4. Fe(H2O)6 SO4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air, dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetri, dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaliknya FeSO4.7H2O secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning cokelat bila dibiarkan dalam udara. (http://sitzkrieg-awan.blogspot.com/2009/04/kimia-garam-mohr).
Garam mohr, besi ammonium sulfat, merupakan garam rangkap dari besi sulfat dan ammonium sulfat dengan rumus molekul [NH4]2[Fe][SO4]2·6H2O. Garam mohr lebih disukai dari pada besi (II) sulfat untuk proses titrasi karena garam mohr tidak mudah terpengaruh oleh oksigen bebas di uadara/ tidak mudah teroksidasi oleh udara bebas dibandingkan besi (II) sulfat   (http://en.wikipedia.org/wiki/Mohr_salt).
Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal.Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.      (http://id.wikipedia.org/wiki/Kristal).
Unsur besi (Fe) dalam suatu sistem Periodik Unsur (SPU) termasuk ke dalam golongan VIII. Besi dapat dibuat dari biji besi dalam tungku pemanas. Biji besi biasanya mengandung Fe2O3 yang dikotori oleh pasir (SiO2) sekitar 10%, serta sedikit senyawa sulfur, fosfor, aluminium, dan mangan. Besi dapat pula dimagnetkan.
Endapan pasir besi, dapat memiliki mineral-mineral magnetik seperti magnetik (Fe3O4), hematit (α- Fe2O3), dan maghemit (γ- Fe2O3). Mineral-mineral tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai bahan industri. Magnetit, misalnya, dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk tinta kering (toner) pada mesin photo-copy dan printer laser, sementara maghemit adalah bahan utama untuk pita-kaset. (http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/26/garam-mohr-nh426h2o/).
Jika kita gunakan definisi konvensional yang menyatakan bahwa hablur atau kristal adalah padatan homogen yang dibatasi oleh bidang muka rata yang terbentuk secara alamiah, maka adalah benar bahwa kebanyakan padatan yang kita jumpai dalam hidup sehari-hari tidak nampak sebagai kristal. Hal ini pada umumnya disebabkan oleh salah satu dari dua hal berikut : pada satu pihak, banyak padatan merupakan campuran dari berbagai senyawa yang biasanya terdiri dari banyak molekul besar dengan berbagai ukuran. Tetapi kalau bahan tersebut dipisah-pisahkan untuk menghasilkan senyawa murni, maka cenderung terjadi struktur kristal. Misalnya, beberapa jenis protein dan selulosa, yang keduanya adalah bahan penyusun padatan yang terjadi secara alamiah telah diperoleh dalam tahanan kristal, walaupun kedua zat tersebut tidak ditemukan di alam dalam tahanan kristal (http://annisanfushie.wordpress.com/pemurnian-bahan-melalui-rekristalisasi).

C.     Alat dan Bahan

1.      Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gelas kimia 100 ml, batang pengaduk, corong, erlenmeyer 50 ml, hot plate pipet ukur 50 ml dan 25 ml serta timbangan analitik,  

2.      Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah serbuk besi 5 gram, asam sulfat 10 %, amoniak pekat dan aquades.

UNTUK MENDOWNLOAD FULL LAPORAN INI (file doc.) KLIK DISINI 






LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA UMUM: VITAMIN DAN MINERAL


I. PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap orang memerlukan berbagai zat gizi, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa.  Anak-anak sangat  membutuhkan nutrisi  untuk perkembangannya sedang orang dewasa membutuhkannya untuk menjaga tubuh tetap sehat. Zat gizi adalah bahan-bahan kimia dalam makanan yang memberikan energi bagi tubuh. Zat   gizi   dibagi  menjadi   2   bagian   besar,   yaitu  makronutrisi   dan  mikronutrisi. Makronutrisi terdiri dari protein,  lemak, karbohidrat dan beberapa mineral yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah yang besar. Mikronutrisi adalah nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat sedikit (hanya dalam ukuran miligram sampai mikrogram), seperti vitamin dan mineral.
Pengetahuan tentang vitamin sangat diperlukan dalam kehidupan manusia terutama  bagi  kesehatan.  Misalnya,  vitamin C  sangat  berguna/berperan dalam menjaga  dan memperkuat   imunitas   terhadap  infeksi,  vitamin C  juga  berperan penting   terhadap   fungsi   otak,   karena   otak   banyak  mengandung   vitamin   C. Kekurangan   vitamin  C  dapat  menimbulkan   berbagai   penyakit   pada  manusia, seperti  pendarahan di  hidung,  masuk angin,  encok,   rhematic,  peradangan pada persendian,  luka bernanah pada organ lambung,  dll.  Oleh karena itu,  vitamin C sangat   penting   bagi   kehidupan   manusia.  
Sebagaimana kita menjadi tua, tulang kita menghilangkan kandungan zat mineralnya. Kita mungkin kehilangan zat mineral tulang lebih cepat jika kita berusia lebih dari 50 tahun. Osteoporosis juga dikaitkan dengan kekurangan kalsium atau vitamin D dalam diet, dengan merokok, dengan memakai terlalu banyak kafein atau alkohol, dan kekurangan olahraga. Kita belum mengerti mengapa orang dengan HIV mempunyai angka osteoporosis lebih tinggi. Namun sebuah penelitian baru menemukan hubungan antara kehilangan tulang dan lamanya terinfeksi HIV.
Pada percobaan ini, dilakukan penentuan kadar vitamin C dan analisa kualitatif abu tulang.
B.     Permasalahan
Permasalahan dalam praktikum ini yaitu:
1.      Bagaimana cara menentukan kadar vitamin C?
2.      Uji-uji apa saja yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya mineral?
C.    Tujuan
Tujuan praktikum ini yaitu:
1.      Untuk menentukan kadar vitamin C dan
2.      Menganalisa kualitatif abu tulang.
D.    Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum  ini, antara lain : 
1.      Menambah pengetahuan mengenai cara menentukan kadar vitamin C yang terkandung dalam sampel.
2.      Dapat mengetahui uji-uji yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya mineral dalam sampel.

UNTUK MENDOWNLOAD FULL LAPORAN INI (file doc.) KLIK DISINI