KEKUATAN MEDAN LIGAN
A. Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mempelajari perbedaan
kekuatan medan antara ligan ammonia dan air.
B. Landasan Teori
Teori medan kristal
(Bahasa Inggris: Crystal Field Theory), disingkat CFT, adalah sebuah model yang
menjelaskan struktur elektronik dari senyawa logam transisi yang semuanya
dikategorikan sebagai kompleks koordinasi. CFT berhasil menjelaskan beberapa
sifat-sifat magnetik, warna, entalpi hidrasi, dan struktur spinel senyawa kompleks
dari logam transisi, namun ia tidak ditujukan untuk menjelaskan ikatan kimia.
CFT dikembangkan oleh fisikawan yang bernama Hans Bethe dan John Hasbrouck van
Vleck pada tahun 1930-an. CFT pada akhirnya digabungkan dengan teori orbital
molekul, membentuk teori medan ligan yang lebih akurat dan menjelaskan proses
ikatan kimia pada senyawa kompleks logam transisi (Utama, 2009).
Teori medan kristal
dikembangkan oleh dua orang ahli fisika H.Bethe (1929) dan J.H. Van Vlekck
(1923) dan digunakan pertama kali oleh mereka dan para pakar fisika lainnya
untuk menjelaskan warna dan sifat magnetik garam-garam logam transisi
terhidrat. Khususnya yang memiliki ion logam dengan orbital d yang belum terisi
sepenuhnya. Teori ini kurang dikenal oleh para pakar kimia anorganik sampai
kira-kira tahun 1950 karena pada waktu itu mereka cukup puas dengan teori
ikatan valensi. Adanya tiga fakta di atas yang tidak dapat dijelaskan oleh
teori ikatan valensi menyebabkan para pakar kimia anorganik memanfaatkan teori
medan kristal dalam menjelaskan fakta-fakta yang ada tentang senyawa koordinasi (Salila, 2010)
Bentuk koordinasi ikatan π yang lain adalah ikatan ligan ke logam. Hal
ini terjadi apabila orbital simetri- π p atau orbital π pada ligan terisi. Ia
bergabung dengan orbital dxy, dxz dan dyz logam, dan mendonasikan
elektron-elektronnya, sehingga menghasilkan ikatan simetri-π antara ligan
dengan logam. Ikatan logam-ligan menguat oleh interaksi ini, namun orbital
molekul anti-ikatan dari ikatan ligan ke logam tidak setinggi orbital molekul
anti-ikatan dari ikatan σ. Ia terisi dengan elektron yang berasal dari orbital
d logam dan menjadi Homo kompleks tersebut. Oleh karena itu, ΔO menurun
ketika ikatan ligan ke logam terjadi (Admin, 2009).
Didalam ion bebas
kelima orbital d bersifat degenerate artinya mempunyai energi yang sama dan
elektron dalam orbital ini selalu memenuhi hukum multiplicity yang maksimal.
Teori medan kristal terutama membicarakan pengaruh dari ligand yang tersusun
secara berbeda-beda disekitar ion pusat terhadap energi dari orbital d.
Pembagian orbital d menjadi dua golongan yaitu orbital eg (dj) dan orbital t2g
(de) mempunyai arti penting dalam hal pengaruh ligand terhadap orbital-orbital
tersebut
Ketika ligan mendekati
ion logam, elektron dari ligan akan berdekatan dengan beberapa orbital-d logam
dan menjauhi yang lainnya, menyebabkan hilangnya kedegeneratan (degeneracy).
Elektron dari orbital-d dan dari ligan akan saling tolak menolak. Oleh karena
itu, elektron-d yang berdekatan dengan ligan akan memiliki energi yang lebih
besar dari pada electron orbital d yang berjauhan dengan ligan, menyebabkan
pemisahan energi orbital-d. Hal ini menyebabkan, Orbital eg membentuk duplet
berenergi lebih tinggi dan orbital t2g membentuk triplet berenergi lebih
rendah. Perbedaan energi ini dinyatakan sebagai Δ. Pemisahan energy orbital d
tadi, dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
- Sifat-sifat
ion logam: Keadaaan oksidasi logam. Keadaan
oksidasi yang lebih besar menyebabkan pemisahan yang lebih besar
- Susunan
ligan disekitar ion logam: Sifat-sifat ligan yang mengelilingi
ion logam. Efek ligan yang lebih kuat akan menyebabkan perbedaan energi yang
lebih besar antara orbital 3d yang berenergi tinggi dengan yang berenergi
rendah. (Rian, S., 2008)
Teori medan ligan adalah satu dari teori yang paling bermanfaat untuk
menjelaskan struktur elektronik kompleks. Awalnya teori ini adalah
aplikasi teori medan kristal pada sistem kompleks. Pada kompleks oktahedral berbilangan koordinasi
enam, lima orbital d dalam kation logam transisi
terdegenerasi dan memiliki energi yang sama.
Medan
listrik negatif yang sferik di sekitar kation logam akan menghasilkan tingkat
energi total yang lebih rendah dari tingkat energi kation bebas sebab ada
interaksi elektrostatik. Interaksi repulsif antara elektron dalam orbital logam
dan medan listrik mendestabilkan sistem dan sedikit banyak mengkompensasi
stabilisasinya (Saito, 2009).
Teori medan kristal ini
hampir selama 20 tahun semenjak ditemukan hanya digunakan dalam bidang fisika
zat padat. Teori medan kristal digunakan pada pakar fisika zat padat untuk
menjelaskan warna dan sifat magnetik garam-garam logam transisi
terhidrat,khususnya yang memiliki atom pusat ion logam transisi dengan orbital
d yang belum sepenuhnya terisi elektro seperti CuSO4.5H2O.
Baru pada tahun 1950an. Pada awal tahun 1950an barulah pakar kimia koordinasi
menerapkan teori medan Kristal (Sukardjo, 1992).
Kebanyakan senyawaan CuI
cukup mudah teroksidasi menjadi CuII, namun oksidasi selanjutnya
menjadi CuIII adalah sulit. Terdapat kimiawi larutan Cu2+
yang dikenal baik, dan sejumlah besar garam berbagai anion didapatkan, banyak
diantaranya larut dalam air, menambah perbendaharaan kompleks (Syabatini, 2009).
C. Alat dan Bahan
1.
Alat
·
Gelas kimia
·
Labu takar
·
Pipet ukur
·
Filler
·
Batang pengaduk
·
Botol semprot
·
Aluminium foil
·
Spektrofotometer spectronic 20
2. Bahan
·
Larutan ammonia 1 M
·
Larutan Cu2+
AquadesUNTUK MENDOWNLOAD FULL LAPORAN INI (file doc.) KLIK DISINI
No comments:
Post a Comment