PEMBUATAN KALIUM IODAT
A. TUJUAN
Tujuan dilakukannya percobaan
ini adalah untuk memberikan gambaran tentang proses pembuatan kalium iodat.
B. LANDASAN TEORI
Pengukuran kadar air garam
fortifikasi perlu dilakukan karena faktor kelembaban sangat berpengaruh terhadap
stabilitas garam, apalagi GFG ini dibuat tanpa menggunakan zat penstabil
semacam NaHMP yang dapat mengkhelat besi. Sifat kalium iodat yang larut air
akan mungkin menyebabkan turunnya kadar iodium bila kadar air meningkat. Di
samping itu faktor kelembaban memacu terbentuknya warna kuning kecoklatan pada
garam. Maka dengan hasil penelitian kadar air kurang dari 5 % akan menjaga
tingkat kekeringan GFG, sehingga dengan demikian warna GFG tetap terjaga tidak
mengalami perubahan warna sejak pencampuran sampai penyimpanan 6 bulan (Soeid, at all., 2006).
Standar yang digunakan
sebagai sumber iodium adalah larutan kalium iodat, sehingga intensitas iodium
yang dihasilkan dari alat dapat dikonversi sebagai kalium iodat. Untuk
menghindari gangguan matriks yang disebabkan oleh perbedaan matriks sampel dan
standar maka dalam pengukuran dilakukan metode standar adisi yaitu penambahan
unsur Barium (Ba) pada matriks sampel. Dari hasil penambahan unsur Barium ini
ternyata tidak ada gangguan intensitas dari perbedaan matriks, sehingga
perbedaan matriks ini tidak mengganggu pengukuran. Hasil pengujian XRF terhadap
larutan sampel yang telah diketahui konsentrasinya menunjukkan hasil yang cukup
memadai (Saksono, 2002).
Pembuatan larutan Na-tiosulfat 0,02 N. Terlebih dahulu dibuat larutan Na-tiosulfat 1 N
(248,2 g Natiosulfat/L). Larutan Na-tiosulfat 1 N dibiarkan 1 minggu atau lebih
kemudian diencerkan menjadi 0.02 N. Pengenceran
dilakukan dengan menggunakan air suling yang telah dididihkan terlebih dahulu
dan ditambah 1 g Na2 CO3 untuk mengeluarkan CO2. Standarisasi larutan
Na-tiosulfat 0.02 N dengan KIO3. Ditimbang sebanyak 500 mg kalium iodat
(KIO3) kemudian dilarutkan dengan akuades menjadi 100 mL. Sebanyak 25 mL
larutan tersebut diambil dan ditambahkan ke dalam erlenmeyer 500 mL yang telah
berisi 10 mL KI 20% dan 25 mL HCl 4 N. Dilakukan titrasi dengan larutan
Na-tiosulfat 0,02 N hingga warna larutan menjadi kuning. Ditambahkan larutan
kanji (starch solution) 1%, dititrasi kembali sehingga timbul warna biru
(Praptiwi, at all., 2006).
Penentuan kandungan iodat
dalam berbagai sampel telah dilakukan dengan berbagai metode, dimana pada
umumnya metode-metode ini belum dapat memisahkan dan menetapkan kandungan
spesi-spesi iodium secara spesifik. Titrasi iodometri yang sering digunakan
dalam analisis iodat, tidak hanya menentukan kandungan kalium iodat melainkan
juga semua oksidator yang ada dalam larutan, sehingga menyebabkan adanya
kenaikan kandungan iodat dalam sampel garam beriodium. Oleh karena itu, metode
titrasi iodometri dianggap kurang tepat untuk menganalisis kandungan kalium
iodat dalam garam beriodium. Masih ada perbedaan pendapa t (kontroversi)
mengenai penurunan/hilangnya kadar iodat dalam garam beriodium selama
pengolahan, penyimpanan dan pemasakan yang disebabkan perbedaan metode analisis
yang digunakan. Untuk membuktikan keberadaan spesi iodium lain dalam garam
beriodium dan makanan diperlukan suatu metode analisis yang lebih spesifik,
cermat dan seksama (Anonim, 2006).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
-
Labu alas bulat 100 ml
-
Gelas kimia 600 ml
-
Pipet tetes
-
Hot plate
2. Bahan
-
Kalium klorat
-
Iodium
-
Asam nitrat pekat
-
KOH 10 %
-
Natrium tiosulfat 0,1 N
-
Aquades
- Larutan kanjiUNTUK MENDOWNLOAD FULL LAPORAN INI (file doc.) KLIK DISINI