TETAPAN DISTRIBUSI (KD) IOD UNTUK SISTEM ORGANIK/AIR
A.
Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu
menentukan nilai KD iod untuk sistem organik/air.
B.
Landasan Teori
Pada dasarnya harga KD
(tetapan distribusi) dapat ditentukan pada suhu tetap jika konsentrasi masing-masing
gugus zat (analit) diketahui besarnya baik pada fasa cair maupun pada fasa
organiknya.
Ion (I2) dapat larut dalam
pelarut air tetapi jauh lebih mudah larut dalam pelarut organik, misalnya
kloroform (CHCl3) dan karbon tetraklorida (CCl4) .
Apabila ke dalam larutan iod (pelarut air) ditambahkan salah satu pelarut
tersebut, kemudian campuran dikocok dengan kuat, akan terjadi distribusi iod di
antara kedua pelarut. Sebagian iod larut di dalam pelarut organik dan sisanya
tetap tertinggal dalam air. Dengan cara titrasi dapat ditentukan sisa
konsentrasi iod dalam air dan konsentrasi iod yang pindah ke pelarut organik.
Hasil ini dapat dipakai kemudian untuk menghitung harga KD iod dalam
sistem organik/ air (Armid, 2006).
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan
yang tidak bercampur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan
analitis. Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan zat yang tak
dapat campur, ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat pelarut
dalam kedua fase dalam kesetimbangan. Persamaan Nernst menunjukkan bahwa suatu
zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat campur
sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah
suatu konstanta pada suatu temperatur tertentu :
A1 menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam
fase cair dan A2 menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase
cair 2 (Underwood, 1986:451).
Cukup diketahui bahwa zat-zat tertentu
lebih mudah larut Dalam pelarut-pelarut tertentu dibandingkan dengan
pelarut-pelarut yang lain. jadi iod jauh lebih dapat larut dalam karbon
disulfida, kloroform, atau karbon tetraklorida daripada dalam air. Lagi pula,
bila cairan-cairan tertentu seperti seperti karbon disulfida dan air, dan juga
eter dan air, dikocok bersama-sama dalam suatu bejana dan campuran kemudian
dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Cairan-cairan
semacam itu dikatakan sebagai tak-dapat campur (karbon disulfida dan air) atau
setengah-campur (eter dan air), bergantung pada apakah satu ke dalam yang lain
hampir tak dapat larut atau setengah dapat larut (Svehla, 1985:139).
Perpindahan massa fasa cair-cair
merupakan suatu fenomena penting dalam proses ekstraksi. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kecepatan perpindahan massa
adalah koefisien perpindahan massa.
Harga koefisien perpindahan massa pada ekstraksi cair-cair dalam tangki
berpengaduk dipengaruhi oleh variabel sifat fisis cairan, difusivitas zat
terlarut dalam cairan, bentuk dan ukuran alat, kecepatan putar pengaduk, fraksi
volum fasa cair terdispersi (φ) dan percepatan gravitasi bumi.
Koefisien perpindahan massa fasa
dispersi untuk ekstraksi dapat dikorelasikan dalam bentuk empirik dengan
melibatkan bilangan tak berdimensi. Salah satu contoh korelasi ini adalah ekstraksi
dalam tangki berpengaduk (Abidin et al, 2008).
Studi yang banyak dilakukan adalah
mencari persamaan-persamaan fundamental proses ekstraksi untuk mendukung
perancangan alat ekstraksi yang lebih efisien/optimal. Konsep dasar yang
terlibat adalah keseimbangan fasa cair-cair dan perpindahan massa cair-cair.
Ada kecenderungan baru untuk mencoba menggunakan ekstrksi reaktif. Salven yang
dipakai mengandung zat yang bisa berikatan kimia atau membentuk senyawa
kompelks dengan zat yang diserap sehingga kemampuan salven mengekstraksi
meningkat. Salah satu contoh adalah ekstraksi asam sitrat dari air (hasil
fermentasi) dengan salven metil isobutilketon (MIBK) yang mengandung
trisooktilamin (TIAO) (Sediawan et al, 2000).
C. Alat dan Bahan
1.
Alat
-
Corong pisah 50 mL atau 100 mL
-
Buret 50 mL
- Erlenmeyer
-
Pipet ukur 25 mL
-
Gelas ukur 50 mL
2.
Bahan
-
Padatan iod
-
Laritan KI
-
Na2S2O3
0,01 M
-
H2SO4 2 M
-
Larutan kanji 0,2 %
UNTUK MENDOWNLOAD FULL LAPORAN INI (file doc.) KLIK DISINI
No comments:
Post a Comment