Saturday 29 October 2011

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I: PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS TETRA AMIN TEMBAGA (II) SULFAT MONOHIDRAT Cu(NH3)4H2O DAN GARAM RANGKAP AMONIUM TEMBAGA (II) SULFAT HEKSAHIDRAT Cu(SO4)6H2O


PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS TETRA AMIN TEMBAGA (II) SULFAT MONOHIDRAT Cu(NH3)4H2O DAN GARAM RANGKAP AMONIUM TEMBAGA (II) SULFAT HEKSAHIDRAT Cu(SO4)6H2O


A.    TUJUAN
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang proses pembuatan kompleks tetra tembaga (II) sulfat monohidrat dan garam rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksa hidrat.
B.     LANDASAN TEORI
Senyawa kompleks dari logam-logam tanah cenderung bersifat tidak stabil dan ligan-ligan yang ada cenderung disubstitusi oleh molekul-molekul air dari udara. Sintesis senyawa kompleks tersebut biasanya dilakukan dalam tabung Schlenk di bawah lindungan gas argon. Isolasi uap air yang tidak sempurna cenderung memberikan senyawa kompleks yang terkoordinasi oleh molekul-molekul air. Senyawa kompleks dari garam-garam logam alkali tanah dengan liganligan yang merupakan basa nitrogen menghasilkan kompleks dengan bilangan koordinasi 4 sampai 10 dengan berbagai bentuk struktur (Effendy, 1996).
Garam rangkap adalah garam yang dalam kisi kristalnya mengandung dua kation yang berbeda dengan proporsi tertentu. Garam rangkap biasanya lebih mudah membentuk kristal besar dibandingkan dengan garam-garam tunggal penyusunnya.
Contoh kristal garam rangkap adalah garam Mohr. Kombinasi antara ammonium besi (II) sulfat, ammonium cobalt (II) sulfat dan ammonium nikel sulfat.
Ketiga garam diatas memiliki ion ammonium dan sulfat, tapi dengan atom pusat yang berbeda. Secara umum garam mohr berbentuk kristal berwarna hijau muda, gram mohr mempunyai rumus (NH4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4. Apabila dibandingkan dengan garam besi (II) sulfida atau besi (II) klorida, kristal garam mohr ini lebih stabildi udara. Selain itu besi (II) sulfat dengan garam sulfat dari alkali dapat membentuk garam rangkap dengan rumus MgFe(SO4).6H2O ataupun dengan logam alkali lain seperti K, Rb, Cs atau NH4 (Dyyno, 2009).
Logam tembaga merupakan logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Tembaga dapat melebur pada suhu 1038oC. Karena potensial elektrodanya positif (+ 0,34 V) untuk pasangan Cu / Cu2+ tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut. Kebanyakan senyawa Cu(I) sangat mudah teroksidasi menjadi Cu(II). Namun osidasi selanjutnya menjadi Cu(II) adalah sulit. Terdapat kimiawi larutan Cu2+ yang dikenal baik dan sejumlah besar garam berbagai anion didapatkan banyak diantaranya larut dalam air, menambah perbendaharaan kompleks sulfat biru, CuSO4.5H2O yang paling dikenal. Senyawa ini dapat terhidrasi membentuk anhidrat yang benar–benar putih. Penambahan ligan terhadap larutan akan menyebabkan pembentukan ion kompleks dengan pertukaran molekul air secara berurutan (Syabatini, 2009).
Salah satu sifat unsur transisi adalah mempunyai kecenderungan untuk membentuk ion kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam transisi memiliki orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan elektron pada pembentukan ikatan dengan molekul atau  anion tertentu membentuk ion kompleks.
 Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat atau atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan koordinasi antara ion pusat dan ligan disebut bilangan koordinasi.Ion pusat merupakan ion unsur transisi, dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-orbital kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d pada ion pusat. Ligan adalah molekul atau ion yang dapat menyumbangkan pasangan elektron bebas kepada ion pusat. Ligan ada yang netral dan bermuatan negatif atau positif. Pemberian nama pada ligan disesuaikan dengan jenis ligannya. Bila ada dua macam ligan atau lebih maka diurutkan menurut abjad (Maulana, 2007).
Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak diguakan reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukkan kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Pembentukkan kompleks dalam analisis anorganik kualitatif sering terlihat dan dipakai untuk pemisahan dan identifikasi. Salah satu fenomena yang paling umum yang muncul bila ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna dalam larutan. Suatu fenomena lain yang penting yang sering terlihat bila kompleks terbentuk adalah kenaikkan kelarutan, banyak endapan bisa melarut karena pembentukkan kompleks (Vogel, 1979).
Dalam artian luas senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-masingnya dapat berdiri sendiri. Menurut Warner senyawa kompleks, merupakan gabungan beberapa ion logam yang cenderung berikatan koordinasi dengan zat-zat tertentu membentuk senyawa kompleks yang mantap. Zat-zat tertentu itu disebut ligan. Ligan merupakan zat yang memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas. Ion-ion Logam itu cenderung jenuh baik valensi utamanya maupun valensi tambahannya. Valensi koordinasi mengarah ke dalam ruangan mengelilingi ion logam pusat. Jadi proses pembentukkan senyawa kompleks koordiasi adalah perpindahan satu atau lebih pasangan elektron dari ligan ke ion logam (Rivai, 1995).

C.    ALAT DAN BAHAN
1.      Alat-alat yang digunakan yaitu:
-          Gelas kimia 100 mL @ 2 buah
-          Erlenmeyer @ 2 buah
-          Pipet volume 10 ml @ 2 buaah
-          Corong
-          Batang pengaduk 2 buah
-          Hot plate
2.      Bahan-bahan yang digunakan, yaitu :
-          CuSO4.5H2O
-          Kertas saring
-          Amonia
-          Alkohol/etanol
-          (NH­4)2SO4
-          Aquades
-          Aluminium foil

UNTUK MENDOWNLOAD FULL LAPORAN INI KLIK DISINI  

No comments: