Tuesday 16 April 2013

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA UMUM: ISOLASI KASEIN SUSU DAN PENENTUAN KADAR PROTEIN

BAB I
PENDAHULUAN
      A.  Latar Belakang
Susu merupakan bahan makanan bernilai tinggi, kandungan gizinya lengkap dengan sefat gizi yang mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Komponen-komponen penting dalam air susu adalah protein, lemak, vitamin, mineral, laktosa serta enzim dan bebearpa mikroba. Umumnya susu mengandung air 87,1%, emak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, abu 0,72%, dan beberapa vitamin larut dalam lemak susu yaitu vitamin A, D, E, dan vitamin K.
Susu harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dengan niali gizi yang tingi. Kandungan protein menrupakan parameter kualitas susu. Jika pprotein dihidrolisis secara sempurna maka akan terbentuk asam-asam amina sebagai hasilnya. Protein tersusun atas kira-kira 20 macam asam amino yang berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida yang dibentuk antara gugus karboksil asam amino dengan gugus amino dari asam amino berikutnya, karena jumlah yang cukup banyak inilah percobaan ini dilakukan gunua mengidentifikasi dan mengelompokkan asam-asam amino berdasarkan kemiripan strukturnya.
     B.  Rumusan Masalah
            Permasalahan yang dikaji dalam percobaan ini adalah :
               1.     Bagaimanakah cara mengisolasi kasein dari susu.
            2.     Bagaimanakah cara penentuan kadar protein dari susu.

  C.  Tujuan Percobaan
            Tujuan dari percobaan ini adalah :
            1.     Untuk mengetahui cara mengisolasi kasein dari susu.
            2.     Untuk mengetahui cara penentuan kadar protein dari susu.
   D.  Manfaat Percobaan
       Manfaat percobaan ini adalah :
             1.   Mengetahui cara mengisolasi kasein dari susu.
             2.   Untuk mengetahui cara penentuan kadar protein dari susu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Sumber protein utama masyarakat di Indonesia sangat bergantung pada tingkat ekonominya. Masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, biasanya mengkonsumsi daging, ayam, telur, susu dan ikan sebagai sumber protein. Sedangkan masyarakat yang kurang mampu, biasanya mengkonsumsi biji-bijian dan kacang-kacangan terutama kedelai sebagai sumber protein (Ambarwani, et al., 2004). Susu sapi merupakan bahan pangan sehat karena kandungan nutrisinya yang hampir lengkap: air, lemak, protein, karbohidrat, asam amino, mineral dan vitamin (Dwiyanti, 2009).
            Protein merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi tubuh, mempunyai fungsi sebagai pertumbuhan sel, pengganti sel yang rusak dan sebagai bahan bakar dalam tubuh manusia. Oleh sebab itu kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada manusia (Husni, et al., 2007)
            Ukuran kualitas susu secara kimiawi dapat ditunjukkan oleh komposisi yang dikandung didalamnya, yaitu protein, lemak, dan laktosa. Pengujian kualitas susu pada hasil dari peternak sapi sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut pada pabrik susu perlu dilakukan. Oleh karena itu dibutuhkan teknologi untuk pengujian tersebut. Sementara ini untuk menentukan kandungan-kandungan susu tersebut pada kebanyakan koperasi susu di seluruh Indonesia masih dilakukan dengan cara konvensional, contohnya seperti metode Kjeldahl untuk pengujian kadar protein susu secara kimiawi, yaitu dengan 4 tahap perlakuan yaitu tahap destruksi, destilasi, titrasi, serta konversi. Hal ini akan membutuhkan banyak waktu, biaya dan energi yang tidak sedikit. Dengan suatu peralatan spektroskopi inframerah kesulitan-kesulitan tersebut dapat ditanggulangi. Hanya dengan menyediakan sedikit sampel susu (sekitar 5 cc) yang diletakkan pada tempat kaca, kemudian ditunggu proses beberapa saat (sekitar 2 menit) pada peralatan spektroskopi tersebut maka besarnya komposisi susu tersebut dapat diketahui. Keunggulan peralatan yang akan peneliti rencanakan tersebut, yaitu dapat dipergunakan dengan sangat praktis, akurat, cepat, dan murah (Suseno, et al., 2008).
            Susu kedelai dan soygurt yang telah jadi diaduk/dikocok secara merata, kemudian diukur pH nya dengan menggunakan pH meter. Total padatan dari susu kedelai dan soygurt ditentukan dengan menggunakan metoda AOAC (Sudarmadji, et al, 1984). Kandungan protein ditentukan dengan menggunakan metoda Kjeldahl (Sudarmadji et al, 1984) dan kandungan lemak ditentukan dengan menggunakan metode ekstraksi (Hadiwiyoto, 1994). Penilaian organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tingkat kesukaan) dari soygurt dilakukan oleh 15 orang panelis yang tidak terlatih. Sampel diletakkan dalam wadah bersih dan diberi tanda huruf sesuai dengan banyaknya perlakuan (Yusmarini, et al., 2004)
Protein susu terbagi menjadi dua, yaitu Casein yang dapat diendapkan oleh asam dan Rennin, serta protein whey yang dapat mengalami denaturasi oleh panas pada suhu 65oC. Casein dalam susu mencapai 80 % dari total protein. Pengasaman susu oleh aktivitas bakteri menyebabkan mengendapnya casein. Whey adalah cairan susu tanpa lemak dan casein. Pasteurisasi susu dilakukan untuk mencegah kerusakan karena mikroorganisme dan enzim. Ada 2 macam metode pasteurisasi susu yaitu Holding methode dan HTST (High Temperature Short Time ) (Retno, et al., 2005).
Banyak anak autis memiliki ketidakmampuan dalam mencerna gluten atau casein. Gluten adalah campuran protein yang terkandung dalam gandum dan produknya. Casein adalah protein  susu.'Hal ini terjadi karena enzim utama (DPP-1V) untuk mencerna subtansi tersebut tidak ada (karena genetik) atau tidak aktif (mekanisme autoimun) yang menyebabkan  terjadinya akumulasi opioid. Penumpukan dan akumulasi dari substansi-substansi ini menyebabkan anak seperti tidak sadar (spaced out) atau kecendemngan tidak peduli dengan orang lain dan kelihatan seperti hidup di dunianya sendiri. Kebanyakan dari anak autis sering memiliki sistem saluran cema yang meradang dan memiliki sensitivitas terhadap makanan tertentu seperti gluten dan casein (Yuliana dan Emilia, E., 2006).
Gluten mengandung glutamin dan asparagin lebm dari 35 % dati komposisi asam aminonya. Dalam keadaan tidak terdenaturasi gugus-gugus amida pada rantai sampingnya membentuk ikatan bidrogen dengan gugus bidroksil serin dan tbreonin. Kelarutan gluten yang tinggi diduga sebagai akibat telah terjadinya denaturasi pada gluten sehingga ikatan bidrogen rusak. Sedangkan kasein (acid casein) yang kelarutannya sangat rendah diperoleb dati pengendapan protein susu bebas lemak pada kisaran pH 4.5 sampai 5.0. Protein ini mengandung ikatan bidrofobik antar molekul dalam jumlah besar (Rukmini H.S. dan Nur M.A., 2008). 
Susu skim mengandung kasein yang disertakan ke dalam medium pertumbuhan bakteri  berfungsi sebagai substrat enzim. Hidrolisis kasein digunakan untuk memperlihatkan aktivitas hidrolitik protease. Protease mengkatalisis degradasi kasein yaitu dengan memutuskan ikatan peptida CO-NH dengan masuknya air ke dalam molekul. Reaksi tersebut melepaskan asam amino (Susanti, E., 2003) 

   
UNTUK MENDOWNLOAD FULL LAPORAN INI (file doc.) KLIK DISINI

No comments: