BAB I
PENDAHULUAN
Analisis termal dapat didefinisikan sebagai pengukuran
sifat-sifat suatu materi sebagai fungsi terhadap temperatur. Dalam prakteknya,
istilah analisis termal digunakan hanya untuk menutupi sifat-sifat spesifik
tertentu. Sifat-sifat tersebut antara
lain entalpi, kapasitas panas, massa, dan koefisien ekspansi termal. Pengukuran
koefisien ekspansi termal logam adalah contoh sederhana dari analisis termal.
Contoh lain adalah pengukuran perubahan massa dari oksida garam atau garam
terhidrat saat garam-garam tersebut terurai karena panas. Dengan peralatan
modern , materi dalam skala yang luas dapat dipelajari.
Apabila material dipanaskan dengan
laju pemanasan tetap, terjadi perubahan kimia, seperti oksidasi dan degradasi,
dan atau perubahan fisika, seperti transisi gelas pada polimer,
konversi/inversi pada keramik dan perubahan fase pada logam. Analisis termal
digunakan sebagai pelengkap analisis difraksi sinar-X. Mikroskopi optik dan
elektron digunakan untuk pengembangan material baru dan untuk pengendalian
produksi, kadang-kadang digunakan untuk menetapkan perubahan temperatur dan
energi berkaitan dengan perubahan struktural; pada kesempatan lain digunakan
secara kualitatif untuk menetapkan jejak ”sidik jari” karakteristik material
tertentu.
Berbagai tekhnik analisis termal
digunakan untuk mengukur satu atau lebih sifat fisik dari sampel sebagai fungsi
temperatur. Gambar 1 menunjukkan salah satu metode analisis termal yaitu DTA
yang mengukur perubahan aliran energi. Pada metode tersebut dapat dilakukan
pemanasan dan pendinginan tepogram, akan tetapi pada umumnya operasi dilakukan
degan menaikkan temperatur secara perlahan-lahan. Ruang sampel dapat mengandung
udara, oksigen, nitrogen, argon dan lain-lain atau vakum. Sampel dalam jumlah
beberapa puluh miligram cukup memadai.
|
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis
Termal Diferensial (Differential Thermal
Analysis, DTA)
Salah satu tekhnik yang
digunakan dalam analisis termal yakni analisis termal diferensial (DTA) yang
mengukur perbedaan temperatur, ΔT, antara sampel dan material pembanding yang
inert sebagai fungsi waktu; untuk itu DTA digunakan untuk mendeteksi perubahan panas. Temperatur sampel dan blanko harus sama hingga terjadi suatu
kondisi termal, seperti peleburan, dekomposisi, atau perubahan dalam struktur
kristal, yang terjadi dalam sampel, dimana dalam kasus ini dapat terjadi
perubahan yang sifatnya eksotermik atau pun endotermik.
Perbedaan temperatur dapat juga timbul
di antara dua sampel yang inert ketika respon keduanya terhadap pemanasan
tidaklah sama. Sehingga dengan demikian, DTA dapat digunakan untuk mempelajari
sifat-sifat termal dan perubahan fase
yang tidak menjurus pada suatu perubahan di dalam entalpi. Garis dasar
(base line) pada kurva DTA memperlihatkan proses yang terputus (diskontinu)
pada saat terjadinya transisi temperatur dan slope pada kurva tersebut pada
beberapa titik akan bergantung pada konstitusi mikrostruktural pada temperatur
tersebut.
Kurva DTA dapat digunakan sebagai
sidik jari untuk tujuan identifikasi, sebagai contoh, pada penelitian terhadap
lempung dimana kesamaan stuktur dari pandangan wujud difraksi yang berbeda
sulit untuk diinterpretasikan. Daerah di bawah puncak (peak) DTA dapat dirujuk
pada suatu perubahan entalpi dan ini tidaklah dipengaruhi oleh kapasitas panas
dari sampel.
Instrument DTA komersial tersedia dengan skala temperatur -190 sampai
1600ºC. Ukuran sampel biasanya kecil, beberapa miligram, karena akan lebih sedikit masalah dengan gradient termal
dalam sampel yang mungkin akan mengurangi sensitivitas dan akurasi. Rangkaian
DTA biasanya didesign dengan sensitivitas maksimum untuk perubahan termal, tapi rangkaian ini
seringkali kehilangan respon dari kalorimeter. Jika data kalorimetri
dibutuhkan, biasanya akan lebih baik dan
lebih mudah untuk menggunakan Pembacaan Diferensial Kalorimetri (DSC).
B. Peralatan DTA
Beberapa fitur kunci dari suatu
analisis differential thermal adalah sebagai berikut (Gambar 2):
Ø Wadah cuplikan yang di
dalamnya terdapat termokopel, kontainer sampel
dan blok logam atau blok keramik.
Ø Tanur.
Ø Pengatur suhu.
Ø Sistem pencatat (rekorder).
Manfaat atau kegunaan utama dari tanur
yaitu menyediakan kondisi atau daerah panas yang stabil dan besar dan harus
mampu menanggapi dengan cepat terhadap perubahan dari pengatur suhu
(temperature programmer). Pengaturan suhu sangatlah penting untuk memperoleh
laju pemanasan yang konstan. Sistim perekaman harus mempunyai suatu inersia
yang rendah untuk tetap tanggap terhadap variasi reproduksi di dalam percobaan
(eksperimen) yang bersifat membangun.
|
Wadah cuplikan terdiri dari beberapa
thermokopel, masing-masing untuk sampel yang dianalisis dan untuk pembanding,
yang dikelilingi oleh suatu blok untuk memastikan proses distribusi panas.
Sampel diletakkan pada cawan peleburan yang kecil dengan satu lekukan yang
dirancang pada bagian alasnya untuk memastikan peletakan yang pas dan nyaman di
atas bead termokopel. Cawan peleburan itu bisa dibuat dari bahan-bahan seperti
Pyrex, silika, nikel atau platinum, tergantung pada suhu dan sifat alami dari
test/uji yang dilibatkan. Penempatan termokopel-termokopel tersebut harusnya
tidak boleh berkontakkan langsung dengan sampel untuk menghindari kontaminasi
dan degradasi sampel, meskipun sensitivitas dalam hal ini bisa dikompromi.
No comments:
Post a Comment