Saturday, 29 October 2011

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I: STOIKIOMETRI REAKSI LOGAM DENGAN GARAM


STOIKIOMETRI REAKSI LOGAM DENGAN GARAM


A.    Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui stoikiometri reaksi logam dengan garam.
B.     Landasan Teori
Di awal kimia, aspek kuantitatif perubahan kimia, yakni stoikiometri reaksi kimia, tidak mendapat banyak perhatian. Bahkan saat perhatian telah diberikan, teknik dan alat percobaan tidak menghasilkan hasil yang benar. Salah satu contoh melibatkan teori flogiston. Flogistonis mencoba menjelaskan fenomena pembakaran dengan istilah “zat dapat terbakar”. Menurut para flogitonis, pembakaran adalah pelepasan zat dapat etrbakar (dari zat yang terbakar). Zat ini yang kemudian disebut ”flogiston”. Berdasarkan teori ini, mereka mendefinisikan pembakaran sebagai pelepasan flogiston dari zat terbakar (Takeuchi, 2008).
Salah satu kompleks dari tembaga yang memiliki bilangan koordinasi 6 adalah ion heksaakuotembaga(II) [Cu(H2O)6]2+ yang terbentuk jika ion Cu2+ bertemu dengan air dalam larutan, contohnya ketika garam Cu2+ seperti CuSO4 dan Cu(NO3)2 dilarutkan dalam air. Kompleks ini berwarna biru muda dan berbentuk oktahedral terdistorsi tetragonal. Tidak seperti oktahedral normal, pada bentuk terdistorsi ini 2 ikatan Cu-Ligan yang berada di atas dan bawah bangun oktahedral lebih panjang dari 4 ikatan Cu-Ligan yang lain (Tokan et al., 2009).
Senyawa kompleks dari logam-logam tanah cenderung bersifat tidak stabil dan ligan-ligan yang ada cenderung disubstitusi oleh molekul-molekul air dari udara. Sintesis senyawa kompleks tersebut biasanya dilakukan dalam tabung Schlenk di bawah lindungan gas argon. Isolasi uap air yang tidak sempurna cenderung memberikan senyawa kompleks yang terkoordinasi oleh molekul-molekul air. Senyawa kompleks dari garam-garam logam alkali tanah dengan liganligan yang merupakan basa nitrogen menghasilkan kompleks dengan bilangan koordinasi 4 sampai 10 dengan berbagai bentuk struktur (Effendy, 1996).
Salah satu sifat unsur transisi adalah mempunyai kecenderungan untuk membentuk ion kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam transisi memiliki orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan elektron pada pembentukan ikatan dengan molekul atau  anion tertentu membentuk ion kompleks.
Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat atau atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan koordinasi antara ion pusat dan ligan disebut bilangan koordinasi.Ion pusat merupakan ion unsur transisi, dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-orbital kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d pada ion pusat. Ligan adalah molekul atau ion yang dapat menyumbangkan pasangan elektron bebas kepada ion pusat. Ligan ada yang netral dan bermuatan negatif atau positif. Pemberian nama pada ligan disesuaikan dengan jenis ligannya. Bila ada dua macam ligan atau lebih maka diurutkan menurut abjad (Maulana, 2007).
Senyawa kompleks telah banyak dipelajari dan diteliti melalui suatu tahapan-tahapan reaksi (mekanisme reaksi) dengan menggunakan ion-ion logam serta ligan yang berbeda-beda. Salah satu keistimewaan dari reaksi kompleks adalah reaksi pergantian ligan melalui efek trans. Proses membuat perhitungan yang didasarkan pada rumus-rumus dan persamaan-persamaan berimbang dirujuk sebagai stoikiometri (dari kata Yunani: stoicheion, unsur dan –metria, ilmu pengukuran). Suatu rumus molekul menyatakan banyaknya atom yang sebenarnya dalam suatu molekul atau satuan terkecil suatu senyawa (Syahbatini, 2009).

UNTUK MENDOWNLOAD FULL LAPORAN INI KLIK DISINI 



No comments: