ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI
A.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dilaksanakannya
percobaan ini adalah untuk menentukan kadar asam asetat dalam sampel.
B.
LANDASAN TEORI
Titrimetri atau analisis volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan
jumlah zat kimia yang luas dalam pemakainannya. Hal ini disebabkan karena oleh
beberapa alasan. Misalnya yaitu cara ini menguntungkan karena pelaksanaannya
mudah dan cepat, ketelitian dan ketetapan cukup tinggi dan cara ini dapat
digunakan untuk menentukan kadar beberapa zat yang mempunyai sifat yang
berbeda.
Pada dasarnya cara titrimetri ini terdiri dari pengukuran volume larutan
peraksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang akan
ditentukan. Larutan pereaksi biasanya diketahui kepekaannya dengan pasti, disebut
peniter atau larutan baku.
Sedangkan proses penambahan peniter tersebut ke dalam larutan zat yang akan
ditentukan disebut titrasi. Dalam proses ini bagian-bagian peniterb ditambahkan
ke dalam larutan zat yang akan ditentukan dengan bantuan alat yang disebut
buret sampai tercapai titik kesetaraan. Titik kesetaraan adalah titik pada saat
pereaksi dan zat yang ditentukan bereaksi sempurna secara stoikimetri (Rivai,
1995).
Kadang-kadang kita perlu mengetahui tidak hanya atau sekedar pH, akan
tetapi perlu kita ketahui juga berapa banyak asam atau basayang terdapat
didalam sampel. Sebagai contoh, seorang ahli kimia lingkungan mempelajari suatu
danau dimana ikan-ikannya mati. Dia harus mengetahui secara pasti seberapa
banyak asam yang terkandung dalam suatu sampel air danau tersebut. Titrasi
melibatkan suatu proses penambahan suatu larutan yang disebut tirant dari buret
ke suatu flask yang berisi sampel dan disebut analit. Berhasilnya titrasi
asam-basa tergantung pada seberapa akurat kita dapat mendeteksi titik stoikiometri.
Pada titik tersebut, jumlah mol dari H3O+ dan OH-
yang ditambahkan sebagai titrant adlah sama dengan jumlah mol dari OH- atau
H3O+ yang terdapat dalam analit. Pada titik stoikiometri, larutan terdiri
dari garam dan air. Larutan tersebut adalah asam apabila ion asam yang
terkandung didalamnya, dan basa apabila ion basa yang terkandung didalamnya
(Atkins, 1997 ).
Titrasi asam-basa sering disebut aidimetri-alkalimetri, sedang untuk
titrasi atau pengukuran lain-lain sering juga dipakai akhiran –ometri
menggantikan –imetri. Kata metri berasal dari bahasa Yunani dan berarti ilmu,
proses atau seni mengukur; i dan o dalam hubungan dengan metri berarti sama
saja, yaitu dengan atau dari (with atau of) akhiran -i berasal dari bahasa
Latin da -o dari bahasa Yunani. Jadi asidimetri diartikan pengukuran jumlah
asam ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah asam atau garam). Tentu
saja ini membingungkan, namun usaha untuk menetapkan arti mana yang harus
dipakai tidak berasil. Maka asidimetri dan alkalimetri sebaliknya diartikan
umum saja, yaitu titrasi yang menyangkut asam dan basa (Harjadi, 1990).
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi,
titik ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan
basa keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam
titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam
flask bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan
lainnya (misal basa) yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam.
Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik
ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna
indikator. Titik pada titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut titik
akhir (Petrucci, 1997 ).
Penelitian dilanjutkan dengan proses absorbsi biogas dengan larutan
penyerap NaOH secara kontinu diumpankan pada bagian atas menara pada
konsentrasi dan laju alir tertentu, sementara itu biogas dialirkan pada bagian
bawah kolom. Gas dan cairan akan saling kontak dan terjadi reaksi kimia. Tiap
interval waktu 3 menit, larutan NaOH setelah diabsorsi diambil untuk dianalisa.
Jumlah CO2
yang terserap dianalisa dengan metode acidi-alkalimetri.
Penentuan kadar CO2 yang terserap dengan metode
acidi-alkalimetri diawali dengan pengambilan 10 ml sampel, kemudian dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer. Selanjutnya ke dalam sampel ditambahkan 3 tetes indikator
PP. Setelah itu, dilakukan titrasi dengan larutan HCl sampai warna merah muda
hilang. Sehingga untuk kebutuhan titran dicatat sebanyak a ml. Kemudian
sampel yang telah ditritasi tadi ditambahkan 3 tetes indikator MO, selanjutnya
dititrasi kembali dengan HCl sampai terjadi perubahan warna. Kebutuhan titran
dicatat sebanyak b ml. Setelah diketahui jumlah 4 titran yang dibutuhkan
dapat dihitung kadar CO2 yang terserap. Perhitungan kadar CH4termurnikan
dilakukan dengan program Hysys (Maarif, et al., 2007).
Analisis penentuan
konsentrasi asam bebas di dalam larutan uranil nitrat secara potensiometrik
didasarkan atas reaksi asambasa (asidimetri). Mula-mula larutan uranil nltrat
yang mengandung asam bebas diencerkan keasamannya hingga sekitar 0,1-0,6 N
kemudian ditambahkan 1 ml ammonium oksalat jenuh' sebagai larutan
penyangga dan dititrasi dengan sodium hidroksida 0,1 N. Pada penelitian ini
dilakukan standarisasi asam nitrat bebas dengan dibuat seri larutan asam nitrat
dengan variasi konsentrasi sekitar 0,1-0,6 N. L~rutan tersebut selanjutnya
dititrasi dengan larutan standard sekunder sodium hidroksida 0,1 N. Metoda yang
digunakan adalah titrimetri menggunakan alat potensiometer. Oari data hasil
penelitian dapat diketahui baik faktor koreksi analisis maupun kurva standarnya
(Yudhi, 2000).
C.
ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat yang digunakan pada
percobaan ini antara lain yakni :
1. Gelas Piala
2. Pipet volume
3. Labu takar
4. Buret
5. Batang Pengaduk
6. Erlenmeyer
7. Statif dan klem
2. Bahan
1. Larutan NaOH
2. Kalium Biftalat
3. Asam asetat
4. Indikator
fenolfalein (PP)
UNTUK MENDOWNLOAD FULL MAKALAH INI KLIK DISINI