SINTESIS
KLOROPENTAAMIN KOBALT KLORIDA
A.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan yang
ingin dicapai pada percobaan ini adalah untuk memberi gambaran tentang proses
pembuatan kompleks kloropentaamin kobalt
klorida [Co(NH4)5Cl]Cl2.
B.
Landasan Teori
Kelompok ion logam sel
tertutup yang telah dipelajari adalah: ion logam golongan Cu(I), Ag(I), Ap(I) -
yang menempati batas antara logam transisi dan unsur golongan utama. Senyawa
kompleks dari ion logam golongan 11 yang berhasil disintesis dengan ligan yang
merupakan basa Lewis monodentat dari unsur golongan 15 ini terdiri dari
berbagai macam stoikiometri dan struktur.[3, 5, 9-21, 23-34, 3940, 42, 43,
47-50, 53] Struktur Senyawa kompleks tersebut dapat berupa monomer, dimer,
tetramer, oligomer atau polimer, yang menunjukkan adanya kecenderungan
terjadinya kesamaan struktur antara senyawa kompleks dari Cu(I), Ag(I) dan
Au(I) yang ketiganya mempunyai konfigurasi elektron [gas mulia]nd10. Beberapa
senyawa kompleks dari ion logam golongan .12 - Zn(II), Cd(II) dan Hg(II) -
dengan ligan monodentat dari unsur golongan 15, terutama nitrogen, dengan
berbagai macam stoikiometri dan struktur telah berhasil disintesis [ 1, 2, 7,
8, 22, 35, 37, 41, 44-46, 51, 52] tetapi belum dipelajari secara sistematik.
Pelengkapan data struktur ini hanya dapat diperoleh melalui sintesis langsung
(Farianti, 2000).
Sintesis senyawa kompleks dilakukan dengan
menggunakan metode reaksi langsung antara garam seng(II) nitrat dan ligan
8-hidroksikuinolina dengan atau tanpa ion sianida. Sintesis senyawa kompleks dari Zn(II)dengan ligan
8-hidroksikuinolina (selanjutnya disebut sebagai kompleks I) menggunakanperbandingan mmol
1:2 dalam pelarut metanol, sedangkan sintesis senyawa kompleksdari
Zn(II) dengan ligan 8-hidroksikuinolina dan ion sianida (selanjutnya disebut sebagaikompleks
II) menggunakan perbandingan mmol 1:2:2 dalam pelarut metanol.
Kristalisasidilakukan pada suhu ruang dengan cara penguapan perlahan.
Karakterisasi senyawakompleks
meliputi penentuan titik lebur, penentuan gugus fungsi dengan spektroskopi
IR,uji AAS, penentuan lmaks dengan spektroskopi UV-Vis, penentuan jumlah ligan
yangterikat dengan metode Job's, uji kualitatif ion sianida, dan uji
konduktivitas (Figianti, 2007).
Penelitian tentang sintesis
senyawa kompleks yang telah dilakukan diantaranya adalah senyawa kompleks [Cu(quin)2(H2O)4]
dan [Cu(oxine)2(H2O)2] (Ghofir,
2005), [Co(quin)(H2O)5] dan [Co(oxine)2Cl(H2O)]
(Puspitasari, 2006). Metode yang digunakan pada penelitian tersebut adalah metode
reaksi langsung dengan pengadukan, yaitu mereaksikan garam dengan ligan yang
disertai pengadukan dan pemanasan. Penelitian tersebut masih terdapat
kelemahan-kelemahan, diantaranya adalah pada senyawa kompleks [Cu(quin)2(H2O)4]
dan [Co(quin)(H2O)5] diketahui bahwa jumlah
ligan kuinolin yang terikat belum optimal, karena ligan H2O yang
terikat pada ion pusat Cu2+ lebih banyak daripada ligan kuinolin.
Ligan H2O dapat digantikan dengan ligan lain dengan cara
mensubtitusi. Pada penelitian tersebut juga diketahui bahwa senyawa kompleks
[Cu(quin)2(H2O)4] dan [Co(quin)(H2O)5]
merupakan kompleks kation yang memiliki anion kecil berupa NO3-
dan Cl-. Dari data hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
senyawa kompleks kation dapat mengikat kompleks anion (Setiawan, 2008)
Salah satu sifat unsur
transisi adalah mempunyai kecenderungan untuk membentuk ion kompleks atau
senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam transisi memiliki orbital-orbital
kosong yang dapat menerima pasangan elektron pada pembentukan ikatan dengan
molekul atau anion tertentu membentuk
ion kompleks. Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion
atau molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion
pusat atau atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut
ligan. Banyaknya ikatan koordinasi antara ion pusat dan ligan disebut bilangan
koordinasi (Maulana, 2009).
Unsur transisi periode keempat dapat
membentuk berbagai jenis ion kompleks. Ion kompleks terdiri dari kation logam
transisi dan ligan. Ligan adalah molekul atau ion yang terikat pada kation
logam transisi. Interaksi antara kation logam transisi dengan ligan merupakan
reaksi asam-basa Lewis. Menurut Lewis, ligan merupakan basa Lewis yang berperan
sebagai spesi pendonor (donator) elektron. Sementara itu, kation logam transisi
merupakan asam Lewis yang berperan sebagai spesi penerima (akseptor) elektron.
Dengan demikian, terjadi ikatan kovalen koordinasi (datif) antara ligan dengan
kation logam transisi pada proses pembentukan ion kompleks. Kation logam
transisi kekurangan elektron, sedangkan ligan memiliki sekurangnya sepasang
elektron bebas (PEB). Beberapa contoh molekul yang dapat berperan sebagai ligan
adalah H2O, NH3, CO, dan ion Cl- (Andy, 2009).
C.
Alat dan Bahan
- Alat
Alat-alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
-
Gelas kimia
-
Pipet ukur
-
Filler
-
Desikator
-
Elektromantel
- Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
-
Amonium karbonat
-
Air
-
Amoniak pekat
-
Kobalt (II) klorida
-
Ammonium klorida
-
HCl pekat
-
HCl 6 M
-
Ammonia 1 M
- EtanolUNTUK MENDOWNLOAD FULL LAPORAN INI (file doc.) KLIK DISINI
No comments:
Post a Comment