BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Enzim dihasilkan oleh sel-sel
hidup, baik hewani maupun nabati. Bila digabungkan dengan bahan organik
tertentu maka bisa mengubah susunan menjadi persenyawaan yang lebih sederhana, namun
enzim itu tidak turut berubah. Sehingga enzim sering diartikan sebagai
katalisator organik. Enzim sangat penting dalam kehidupan dan tidak ada
organisme tumbuhan atau hewan yang dapat hidup tanpa enzim.
Secara umum ada dua jenis enzim
yang sangat penting, yaitu diastase dan protease. Diastase adalah suatu enzim
kombinasi dari alpha dan beta amylase, dan berfungsi mengubah pati yang rusak
menjadi gula maltose. Sehingga bila butir-butir pati rusak atau kurang tahan
disenyawakan dengan diastase, maka alpha amylase akan mengubah pati menjadi
dekstrin. Sedangkan beta amylase mengubah dekstrin dan pati hancur menjadi gula
maltose. Selanjutnya gula maltose diubah oleh enzim maltose menjadi gula biasa,
yang bila diasimilasikan dengan ragi akan menghasilkan karbondioksida
yang dapat mengembangkan adonan, alkohol dan sejumlah kecil bahan lain seperti
asam.
Pada
percobaan ini dilakukan pengukuran seberapa
besar aktivitas dari enzim invertase dalam mengkatalisis hidrolisa sukrosa dari
sampel ragi pengembang kue.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, yang menjadi masalah dalam percobaan ini adalah :
1.
Bagaimana cara
pembuatan larutan enzim ?
2. Bagaimana cara
menentukan konsentrasi enzim secara biuret ?
3. Bagaimana cara menentukan jumlah produk yang terbentuk oleh kerja
enzim invertase.
C. Tujuan Percobaan
Dari rumusan masalah di atas, tujuan dari percobaan
ini yakni :
1.
Mengetahui
cara pembuatan larutan enzim.
2.
Menentukan
konsentrasi enzim secara biuret.
3.
Menentukan
jumlah produk yang terbentuk oleh kerja enzim invertase.
D. Manfaat Percobaan
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari melakukan
percobaan ini adalah :
1.
Praktikan
dapat mengetahui cara pembuatan larutan enzim.
2.
Praktikan
dapat menentukan konsentrasi enzim secara biuret.
3.
Praktikan
dapat menentukan jumlah produk yang terbentuk oleh kerja enzim invertase.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa jenis enzim kunci yang berperan terhadap
metabolisme sukrosa, diantaranya adalah sucrose phosphate synthase (SPS),
acid invertase (AI) dan neutra
invertase (NI). Sucrose phosphate synthase merupakan enzim utama
yang menentukan biosintesa sukrosa pada beberapa jenis tanaman, termasuk
tanaman tebu. Sedangkan Al adalah enzim yang berperanan dalam pengaturan
akumulasi sukrosa pada jaringan penyimpanan tanaman. Invertase (-D-fructofuranosidase) merupakan enzim kunci dalam
metabolisme sukrosa pada tanaman tebu serta berkolerasi tinggi terhadap
kandungan sukrosa dan gula reduksi selama masa pertumbuhan (Siswoyo et al, 2006).
Enzim merupakan suatu katalisator
dalam reaksi biokimia dan setiap enzim mempunyai kemampuan spesifik untuk
merubah molekul tertentu. Menurut Haldare, enzim merupakan larutan koloid atau
katalis organik yang dihasilkan mikroorganisme. Sebagai katalisator, enzim
hanya meningkatkan kecepatan reaksi dan sangat spesifik untuk reaksi yang
dikatalisanya. Enzim adalah bahan kimia yang dihasilkan mikroorganisme untuk
meningkatkan kecepatan reaksi menuju keadaan keseimbangan reaksi kimia,
sehingga sifat termodinamika sistim tidak berubah (Rismijana at al, 2003)
Enzim dikatakan aktif apabila zat tersebut mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan aktivitas katalitiknya. Telah dilaporkan oleh
Fogarty dan Kelly (1979) bahwa enzim proteolitik bakteri, yeast ataupun fungi
mempunyai karakter dan spesifisitas yang berbeda. Karakter enzim proteolitik
tersebut ditunjukan dengan pH dan suhu optimum enzim tersebut dalam menghidrolisis
substratnya. Selain itu adanya ion logam, asam amino tertentu dan inhibitor
enzim akan mempengaruhi aktivitas enzim tersebut (Poernomo et al, 2003)
Beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim:
a. Substrat –
Enzim mempunyai spesifitas yang tinggi. Apabila substrat cocok dengan enzim
maka kinerja enzim juga akan optimal.
b. pH (keasaman)
– Enzim mempunyai kesukaan pada pH tertentu. Ada enzim yang optimal kerjanya
pada kondisi asam, namun ada juga yang optimal pada kondisi basa. Namun
kebanyakan enzim bekerja optimal pada pH netral.
c. Waktu – Waktu
kontak/reaksi antara enzim dan substrat menentukan efektivitas kerja enzim.
Semakin lama waktu reaksi maka kerja enzim juga akan semakin optimum.
d. Konsentrasi /
jumlah enzim – Konsentrasi enzim berbanding lurus dengan efektivitas kerja
enzim. Semakin tinggi konsentrasi maka kerja enzim akan semakin baik dan cepat.
e. Suhu –
Seperti juga pH. Semua enzim mempunyai kisaran suhu optimum untuk kerjanya.
f. Produk Akhir
– Reaksi enzimatis selalu melibatkan 2 hal, yaitu substrat dan produk akhir.
Dalam beberapa hal produk akhir ternyata dapat menurunkan produktivitas kerja
enzim.
(Azis, 2004).
Beberapa enzim mempunyai aktifitas diantaranya spesifik
untuk D dan L isomer ptik . Enzim L- asam amino oksidase hanya pada L- asam
amino oksidase tidak bereaksi terhadap isomer D- asam amino . Beberapa enzim memerlukan
suatu ko-faktor yang bukan protein dan biasanya agak longgar berikatan dengan
enzim. Ko-faktor itu disebut gugus prostetik. Banyak juga enzim yang
memerlukan ko-faktor logam seperti Mn++, Fe ++,Mg++, dll. Di dalam proses
isolasi kadang-kadang ko-faktor yang berikatan longgar pada enzim terlepas
sehingga menyebabkan aktifitas enzim menurun atau bahkan hilang. Bagian protein
dari enzim disebut apo-enzim , sedangkan enzim keseluruhannya disebut holoenzim
.
Bagian protein ( tak aktif ) + non protein =
holoenzim ( akktif )
(apoenzim ) (gugus protestik )
(Simanjuntak et al, 2003).
Tahap
pemurnian enzim yang dilakukan meliputi salting out (pengendapan garam),
dialisis, dan filtrasi gel. Salting out menggunakan amonium sulfat dan
di-alisis bertujuan untuk meningkatkan kemurnian dan aktivitas enzim, sedangkan
fil-trasi gel selain untuk meningkatkan kemurnian enzim juga untuk mengetahui
berat molekul enzim tersebut (Widowati et
al, 2006).
Reaksi pada enzim invertase merupakan reaksi hidrolisis. Reaksi-reaksi seperti hidrolisa dan oxidasi
berlangsung sangat cepat didalam sel-sel hidup pada pH kira-kira netral dan
pada suhu tubuh. Ini dapat terjadi karena adanya enzim. Enzim disintesa di
dalam sel, tetapi setelah diextraksi diluar sel masih mempunyai aktivitas. Enzim bekerja sangat sfesifik. Suatu enzim hanya dapat mengatalisa beberapa
reaksi, malahan seringkali hanya satu reaksi saja. Ini merupakan salah satu
sifat penting enzim. Ada segolongan enzim yang dapat mengatalisa
jenis reaksi yang sama, misalnya memindahkan fosfat, oxidasi-reduksi, dan
sebagainya. Oleh karena itu ada suatu kespesifikan (specificity) (Indah M., 2004).
Kespesifikan enzim dapat dibedakan dalam :
1.
Kespesifikan Optik
Dengan kekecualian epimerase (rasemase), yang saling
mengubah isomerisomer optik, enzim umumnya menunjukan kespesifikan optik
absolut untuk paling sedikit sebagian dari molekul substrat. Misalnya maltase
dapat mengkatalisa hidrolisa α-glukosida, akan tetapi tidak dapat bekerja terhadap β-glukosida.
Enzim yang bekerja terhadap D-karbohidrat tidak dapat mengkatalisa
L-karbohidrat, begitu pula dengan enzim-enzim yang mengkatalisa asam L-amino
tidak dapat mengkatalisa asam D-amino. Kespesifikan optik dapat meluaskesuatu
bagian molekul substrat atau ke substrat keseluruhanya. Glikosidase merupakan
contoh dari dua hal yang ekstrim ini. Enzim-enzim ini yang mengkatalisis
hidrolisis ikatan gliosida antara gula dan alkohol, sangat spesifikuntuk bagian
gula dan untuk ikatan (alfa atau beta), tetapi relatif nonspesifik untuk bagian
alkohol atau glikogen.
2.
Kespesifikan Gugus
Suatu enzim hanya dapat bekerja terhadap gugus
yang khas, misalnya glikosidase terhadap gugus alkohol, pepsin dan
tripsinterhadap ikatan peptida, sedangkan esterasa terhadap gugus alkohol,
pepsin dan tripsin terhasap ikatan peptida, sedangkan esterase terhadap ikatan
ester. Akan tetapi, dalam pembatasan ini sejumlah besar substrat dapat diolah,
jadi, misalnya, pengurangan jumlah enzim pencernaan yang mungkin sebaliknya
dibutuhkan. Enzim-enzim tertentu menunjukan kespesifikan gugus yang lebih
tinggi. Kamotripsin, terutama menghidrolisa ikatan peptida dimana gugus
karboksilnya berasal dari asam-asam amino fenilalanin, tirosin atau triptofan (Indah,
2004).
UNTUK MENDOWNLOAD FULL LAPORAN INI (file doc.) KLIK DISINI
No comments:
Post a Comment