PENGOLAHAN LIMBAH
PEMBAKARAN BATUBARA
A. LATAR BELAKANG
Konsumsi energi kita dapat
memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup. Menekan dampak negatif dari
kegiatan manusia terhadap lingkungan hidup termasuk penggunaan energi merupakan
prioritas global. Namun demikian, penting untuk menjaga keseimbangan antara
perhatian terhadap lingkungan dan prioritas pembangunan ekonomi dan sosial.
‘Pembangunan berkelanjutan’ menggabungkan tiga hal dan didefinisikan sebagai:
“…pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengkompromikan kemampuan
dari generasi penerus untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri”.
Banyak beberapa tambang
merupakan sumber kehidupan bagi manusia, bahkan termasuk batubara memberikan
kontribusi yang penting bagi perkembangan ekonomi dan sosial di seluruh dunia.
Namun, terlepas dari hal tersebut dampak terhadap lingkungan hidup merupakan
suatu masalah. Tambang batubara terutama tambang terbuka memerlukan lahan yang
luas untuk diganggu sementara. Hal tersebut menimbulkan permasalahan lingkungan
hidup, termasuk erosi tanah, polusi debu, suara dan air, serta dampak terhadap
keanekaragaman hayati setempat. Tindakan-tindakan dilakukan dalam poerasi
tambang modern untuk menekan dampak-dampak tersebut. Perencanaan dan
pengelolaan lingkungan yang baik akan menekan dampak pertambangan terhadap
lingkungan hidup dan membantu melestarikan keanekaragaman hayati.
B. PENGERTIAN BATUBARA
Batubara adalah sisa
tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Penimbunan lanau dan sedimen
lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran
tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang
sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena
suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan
tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah
tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batubara. Pembentukan batubara
dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batubara)–
dikenal sebagai zaman batubara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai
290 juta tahun yang lalu.
Mutu dari setiap endapan batubara
ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut
sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batubara
muda) atau ‘brown coal (batubara coklat)’. Ini adalah batubara dengan jenis
maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batubara jenis lainnya, batubara
muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai
kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama
jutaan tahun, batubara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah
maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara ‘sub-bitumen’.
Perubahan kimia dan fisika terus berlangsung hingga batubara menjadi lebih
keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk ‘bitumen’ atau ‘antrasit’.
Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Tingkat perubahan yang dialami batubara, dari gambut sampai menjadi antrasit disebut sebagai pengarangan memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebut sebagai ‘tingkat mutu’ batubara. Batubara dengan mutu yang rendah, seperti batubara muda dan sub-bitumen biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah. Batubara muda memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah, dan dengan demikian kandungan energinya rendah.
Batubara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batubara dengan mutu yang lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak. Antrasit adalah batubara dengan mutu yang paling baik dan dengan demikian memiliki kandungan karbon dan energi yang lebih tinggi serta tingkat kelembaban yang lebih rendah.
Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Tingkat perubahan yang dialami batubara, dari gambut sampai menjadi antrasit disebut sebagai pengarangan memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebut sebagai ‘tingkat mutu’ batubara. Batubara dengan mutu yang rendah, seperti batubara muda dan sub-bitumen biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah. Batubara muda memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah, dan dengan demikian kandungan energinya rendah.
Batubara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batubara dengan mutu yang lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak. Antrasit adalah batubara dengan mutu yang paling baik dan dengan demikian memiliki kandungan karbon dan energi yang lebih tinggi serta tingkat kelembaban yang lebih rendah.
UNTUK MENDOWNLOAD FULL MAKALAH INI (file doc.) KLIK DISINI
No comments:
Post a Comment